Mengupas tentang dunia spiritual dan lelaku didalamnya, sebagai warisan dari para leluhur. Tentang : tenaga dalam, daya prana, metafisika, penyembuhan dan Mbabar jiwa ma'rifat jati

Riwayat Singkat Makam Mbah Gedong dan Reog Lar Pitik / Reog Bulu Ayam

Ponorogo, Desa Sidoharjo, Jambon - Diceritakan bahwa pada zaman dahulu kala, ada seorang wali/aulia yang bernama Hasan Muhidin. Beliau merupakan Abdi Dalem Ki Ageng Pandanaran, yang berasal dari Kelurahan Bayat, kec. Wedi, kab. Klaten Jawa Tengah.

Kyai Muhidin diutus untuk dakwah, juga mendalami ajaran agama islam kearah tenggara.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, tibalah disuatu hutan. Disitu beliau terasa lelah dan haus, kemudian mengambil air dari salah satu sumber air yang ada dihutan itu dan meminumnya, yang membuat tubuhnya segar kembali. Kemudian tempat tersebut diberi nama BANYURIPAN, kemudian beliau melanjutkan perjalanan, dan tibalah disebuah bukit. Disitu beliau mendengar suara Rebab, kemudian tempat tersebut diberi nama THUK REBAB.

Perjalanan dilanjutkan ke Mbobo, bertemulah Kyai Muhidin dengan seorang yang bernama Jo Semito. Kyai Muhidin bercerita tentang suara Rebab yang ia dengar kepada Jo Semito, dan juga menyampaikan tentang tujuannya melakukan perjalanan tersebut atas perintah dari Ki Ageng Pandanaran untuk dakwah dan mendalami ajaran agama islam. 

Kemudian Jo Semito disuruh untuk mencari dari nana suara Rebab yang didengarnya. Berjalanlah Jo Semito kearah timur, sedangkan Kyai Muhidin melakukan semedi disuatu tempat yang tidak jauh dari Mbobo.

Menjelang pagi, Jo Semito kembali ketempat persemedian Kyai Hasan Muhidin, untuk memberitahukan bahwa suara rebab tersebut dari Pagelaran Wayang Kulit di rumah seorang warga di wilayah Mbandut. 

Jo Semito terkejut melihat keadaan Kyai Hasan Muhidin yang ternyata dalam keadaan sakit ditempat persemediannya. Jo Semito bingung, karena tempat tersebut dianggap tidak kayak untuk merawat orang sakit, bersama warga Jo Semito menutup tempat tersebut dengan kain, seperti  gedong bayi. Sehingga tempat tersebut oleh warga sekitar disebut GEDONG.

Dalam keadaan sakit, Kyai Hasan Muhidin berpesan tiga hal kepada Jo Semito, dan juga kepada warga sekitar. Pertama, beliau berpesan supaya warga terus mendalami ajaran islam. Kedua, bila suatu saat dirinya meninggal dunia, beliau minta dimakamkan di tempat persemediannya tersebut. Ketiga, beliau juga meminta agar senantiasa didoakan setiap satu tahun sekali, bertepatan dengan hari meninggalnya. Selesai berpesan Kyai Muhidin meninggal dunia, pada hari Jum'at Pon.

Setelah 35 hari, tepatnya di hari Kamis Pahing, dengan berbekal kepandaiannya Jo Semito mengadakan Pagelaran Reog Lar Pitik (Reog bulu ayam), dan nalam harinya menggelar seni wayang kulit. Dengan maksud supaya masyarakat berbondong - bondong menuju Gedong. 

Ketika masyarakat sudah berkumpul, Jo Semito mengajak berdo'a bersama - sama, dan memberikan wawasan untuk meneruskan perjuangan Kyai Muhidin dalam mendalami ajaran agama islam. Hal tersebut sesuai dengan pesan dari Kyai Muhidin.

Ditengah - tengah pertunjukan terjadilah hujan lebat, hal itu menjadikan sebagian warga meyakini, bila digelar Reog Lar Pitik dan malam harinya dilanjut pagelaran wayang kulit, maka akan turun hujan. Hingga saat ini tempat itu dikenal dengan nama "MAKAM MBAH GEDONG". 

Untuk diketahui, bahwa keberadaan Reog Lar pitik ini tidak merusak pakem Reog Dadak Merak. Karena pada saat lahirnya sejarah reog lar pitik, masyarakat sidoharjo tidak mampu membeli bulu merak, sehingga sebagai gantinya adalah Bulu aayam. (**)

Sumber : Dari cerita sesepuh Pinisepuh Desa Sidoharjo, kec. Jambon Ponorogo.

0 Response to "Riwayat Singkat Makam Mbah Gedong dan Reog Lar Pitik / Reog Bulu Ayam "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel